Dendeng Age
Berseberangan dengan gudeg yang merakyat, kota ini punya sajian klasik yang awalnya hanya dinikmati keluarga keraton, bangsawan, dan raja tanah yakni Dendeng Age. Lauk klasik bercita rasa manis ini terbuat dari daging sapi yang dimemarkan dan diapit dua bilah bambu (mirip satai gapit). Setelahnya daging sapi diolesi areh (santan kental) dan dibakar di atas bara api hingga aroma asapnya melekat.
Cara yang paling klasik sekali adalah mencampurnya dengan buah kluwih Artocarpus camansi (sejenis sukun / Artocarpus altilis), agar teksturnya lebih padat. Karena kelangkaannya, buah kluwih kerap ditiadakan dalam bahan pembuatan Dendeng Age.
Dendeng ini pernah dihidangkan di pernikahan putri keempat Sri Sultan Hamengkubuwono ke-X, GKR Hayu, dua tahun lalu. Bale Raos, sebuah restoran di wilayah Keraton Yogyakarta yang khusus menyajikan makanan khas Keraton, juga menghidangkan Dendeng Age dan menjadi akses bagi publik yang penasaran dengan rasanya.
Jadah Manten
Jadah Manten khas dijepit di antara bilah bambu yang ujungnya 'dikunci' dengan kacang panjang atau batang daun pepaya. Setelahnya, Jadah Manten dipanggang di atas bara api dengan olesan areh (santan kental).
Sebagaimana namanya, makanan ini bagian dari hantaran calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Maknanya, agar pernikahan awet dan keduanya senantias tetap lengket seperti tekstur jadah manten. Jadah Manten dulunya juga sesuatu yang menjadi favorit penghuni Keraton.
Anda kini bisa menemuinya di lapak-lapak pedagang jajanan di Pasar Kotagede.
Sumber : Majalah Femina Mei 2015 hlm. 101
Makanan Khas : Warisan Keraton Jogja
4/
5
Oleh
Listomo Adi Rinanto
POST COMMENT