Tempe Rasa Dunia



Tempe
Image from lifestyle.sindonews.com

Mungkin bagi sebagian kalangan menganggap tempe makanan rakyat yang keberadaannya kurang populer dibandingkan makanan mewah lainnya. Tapi perlu diingat bahwa makanan sehat ini ternyata cukup populer di dunia dengan jenis tempe yang ada. Berikut beberapa negara yang mempopulerkan Tempe di dunia. JENG-JENG-JENGGGG!!!

1. Jepang




Jepang
Image from en.wikipedia.org
Dipelopori oleh Rustono, pria asal Grobogan, Jawa Tengah yang menikah dengan orang Jepang dan menetap di Jepang, mempopulerkan tempe di sana. Ia membangun bisnis kerajaan tempe di Jepang karena melihat bahwa tempe di Jepang berbeda dengan tempe di Indonesia lantas dia berinisiatif membuat tempe racikan sendiri kemudian diberi merek dagang Rusto's Tempeh.


Rusto's Tempeh
Image from andirewongso.com
Kalau bisa dibilang, untuk bisa mencapai ide ini sebenarnya sederhana, dia ingin tempe mendunia. Rustono dapat memproduksi 25.000-30.000 bungku tempe tiap bulannya. Ada sekitar 500 supplier yang membantu mendistribusikan Rusto's Tempeh. Akhirnya tempe mulai dikenali dan disukai, khususnya di kalangan vegetarian. Ia memiliki keyakinan bahwa "Jika manusia mempunyai mimpi, alam semesta akan mewujudkannya."

2. Meksiko




meksiko
Image from pixabay.com
Luisa Veles menyukai tempe saat ia tinggal di Indonesia pada tahun 2003 untuk belajar Tali Bali. Saat kembali ke negara asalnya, Meksiko, rindu akan kelezatan tempe mendorong Luisa untuk membuat tempe sendiri. Melalui buku Book of Tempeh karya William Shurtleff, ia belajar membuat tempe.

Berusaha mencari guru dalam bidang ini, Luisa akhirnya bertemu Rustono dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Ia pun menjadi mitra Rustono dan memproduksi Rusto's Tempeh di Meksiko.

Walau berwarga negara Meksiko, Luisa sangat mencintai tempe dan Indonesia. Karena itu, di tiap bungkus tempe yang dijualnya tertera kalimat, "Un regalo de Indonesia para el mundo," yang artinya "hadian dari Indonesia untuk dunia".

3. Amerika Serikat



amerika serikat
Image from id.wikipedia.org
Pesona nutrisi tempe yang Chad Oliphand ketahui saat mempelajari makrobiotik di Kushi Institute di Beckett, Massachusetts, membuatnya penasaran. Hasilnya, tak sama dengan tempe di supermarket yang telah melalui proses pasteurisasi.


smiling hara tempeh
Image from slowevents.com
Pada tahun 2009, ia mendirikan Smiling Hara Tempeh bersama Sarah Yancey, sang istri, di Asheville, North Carolina. Setelah melalui proses uji coba berulang kali, berhasil dibuat tempe berkualitas dengan rasa yang lezat. Tidak melalui proses pasteurisasi, Chad dan Sarah menjual tempe dalam keadaan fresh. Tempe dibekukan jika harus disimpan dalam jangka waktu yang lama atau dikirim untuk jarak jauh. Mereka mulai menjualnya di pasar, toko, dan restoran di daerahnya.

Sebagai alternatif, Chad memproduksi tempe dari black beans dan black eyed-peas. Tampilan tempe black beans unik, yakni paduan serat jamur berwarna putih dan kacang yang hitam.

4. Australia




australia
Image from flagaustralia.com.au
Tempe begitu melekat dalam kehidupan Amita Buissink, pria kelahiran Belanda, yang lalu berdiam di Australia. Sejak kecil ia berteman dengan masyarakat Indonesia di Belanda. Ia pun sering menghabiskan waktu di Indonesia dengan teman-temannya yang memiliki usaha tempe. 

Selain kedelai, ia memproduksi tempe dari berbagai macam polong-polongan dan beras. Misalnya, dari lupin, chickpea, beras merah, lentil, dan biji bunga matahari. Diakuinya, tempe berbasis kedelai justru bukan produk yang paling banyak diminati di sana.


gwen tempeh
Image from newharvestproduce.com.au
Setelah mulai dikenal di Australia melalui website-nya sejumlah peminat mendatangi Amita untuk berguru. Salah satunya Mandy Hallinan, pemilik Gwen Tempeh yang berbasis di Mullumbimby. Walau masih dalam skala yang lebih kecil, Mandy gigih memperkenalkan tempe ke masyarakat yang membutuhkan alternatif makanan sehat.

5. Portugal




portugal
Image from worldatlas.com
Seperti Chad, perjumpaan pertama Salvatore Lucherino dengan tempe adalah pada saat mempelajari makrobiotik di Italia. Setelah ia pindah ke Portugal dan menyadari tak ada satu pun yang membuat tempe di sana, ia serius menggeluti usaha tempe.

Sal selalu mencoba hal baru dengan tempe. Selain membuat berbagai macam tempe, ia bereksperimen resep hidangan tempe. 

Sumber : Majalah Femina Edisi Mei 2015 hlm. 95-97

Artikel Terkait

Tempe Rasa Dunia
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email